Ragam 8 Jenis Lari dan Manfaatnya untuk Tubuh Lebih Bugar

Senin, 27 Oktober 2025 | 08:07:03 WIB
Ragam 8 Jenis Lari dan Manfaatnya untuk Tubuh Lebih Bugar

JAKARTA - Banyak orang memulai olahraga lari karena kemudahannya.

Tak butuh alat rumit, cukup sepatu yang nyaman, sedikit ruang, dan kemauan untuk melangkah. Meski terlihat sederhana, lari ternyata memiliki banyak variasi yang masing-masing memberi manfaat berbeda bagi tubuh. Mulai dari membangun daya tahan, melatih kecepatan, hingga membantu pemulihan otot.

Menariknya, setiap jenis lari memiliki karakter unik dan tujuan spesifik. Ada yang cocok untuk melatih kekuatan kaki, ada yang lebih menekankan ritme pernapasan, dan ada pula yang difokuskan untuk menambah stamina jangka panjang. Jadi, jika kamu ingin meningkatkan kemampuan lari atau sekadar mencari variasi latihan yang tak membosankan, mengenal berbagai jenis lari bisa menjadi langkah awal menuju performa yang lebih baik.

Lari Jarak Jauh dan Lari Pemulihan

1. Long Run (lari jarak jauh)
Jenis lari ini merupakan bagian paling panjang dalam rutinitas latihan mingguan. Jaraknya menyesuaikan target—bisa mulai dari 5 km untuk latihan ringan hingga lebih dari 40 km bagi pelari maraton. Long run dilakukan dengan kecepatan santai atau easy pace, di mana kamu masih bisa berbicara tanpa terengah-engah. Tujuan utamanya adalah melatih daya tahan tubuh, efisiensi pernapasan, dan memperkuat serat otot lambat (slow-twitch) agar tubuh tetap kuat hingga akhir lomba.

2. Recovery Run (lari pemulihan)
Setelah latihan berat, tubuh butuh waktu untuk memulihkan diri tanpa kehilangan ritme. Di sinilah peran recovery run. Dilakukan dengan kecepatan ringan dan durasi pendek, biasanya hanya 70 persen dari detak jantung maksimal. Meski terlihat mudah, manfaatnya besar—membantu melancarkan sirkulasi darah, mempercepat pemulihan otot, dan menjaga kebugaran jantung. Recovery run juga bisa menjadi cara efektif menambah total jarak tempuh mingguan tanpa risiko cedera berlebih.

Lari Tanjakan dan Lari Tempo

3. Hill Repeats (lari tanjakan berulang)
Latihan ini menantang karena memaksa otot bekerja ekstra saat mendaki. Kamu bisa melakukannya di tanjakan alami atau menggunakan treadmill dengan kemiringan tertentu. Fokus utamanya bukan kecepatan, melainkan kestabilan tenaga selama menanjak. Hill repeats membantu meningkatkan kekuatan otot kaki, terutama paha dan betis, sekaligus melatih efisiensi langkah di medan datar. Hasilnya, kamu bisa berlari lebih kuat dalam berbagai kondisi lomba.

4. Tempo Run (lari tempo)
Tempo run dikenal sebagai latihan untuk meningkatkan ambang laktat—yakni batas kemampuan tubuh berlari cepat tanpa menumpuk kelelahan berlebih. Biasanya dilakukan selama 20–60 menit dengan kecepatan tetap yang terasa “nyaman tapi menantang”. Struktur umumnya terdiri dari pemanasan, sesi utama berkecepatan konstan, lalu pendinginan. Lari jenis ini penting bagi pelari jarak menengah yang ingin mempertahankan kecepatan tinggi dalam waktu lama.

Lari Interval, Fartlek, dan Threshold Run

5. Interval Run (lari interval)
Dalam latihan ini, kamu akan bergantian antara sprint intens dan joging atau berjalan untuk pemulihan. Contohnya, berlari cepat dua menit lalu berjalan santai selama tiga menit sebelum mengulang. Metode ini efektif meningkatkan kecepatan, daya tahan, dan kekuatan kardiovaskular. Kuncinya ada pada pengaturan waktu istirahat antar interval, karena pemulihan yang cukup membuat kamu mampu menyelesaikan seluruh sesi tanpa kehilangan tenaga.

6. Fartlek
Fartlek, yang berarti “speed play” dalam bahasa Swedia, menggabungkan kecepatan dan spontanitas. Tidak seperti interval run yang terstruktur, fartlek bersifat fleksibel. Kamu bisa berlari santai, lalu tiba-tiba mempercepat satu menit sebelum kembali ke pace normal. Latihan ini sangat cocok bagi pelari yang ingin meningkatkan variasi tanpa tekanan jadwal ketat. Selain melatih kecepatan, fartlek juga memperkuat adaptasi tubuh terhadap perubahan tempo dan kelelahan.

7. Threshold Run
Threshold run memiliki intensitas sedikit lebih tinggi dari tempo run. Di sini kamu berlari pada ambang anaerob—kecepatan maksimal sebelum kadar asam laktat meningkat drastis. Latihan ini membantu tubuh beradaptasi agar bisa berlari cepat lebih lama tanpa merasa lelah berlebihan. Cocok bagi pelari yang ingin naik level dari sekadar latihan santai ke performa kompetitif.

Lari Progresif dan Pentingnya Konsistensi

8. Progression Run (lari progresif)
Dalam lari progresif, kecepatan meningkat seiring waktu. Kamu mulai dengan pace ringan, lalu perlahan mempercepat hingga mencapai kecepatan tertinggi di akhir sesi. Bahkan peningkatan kecil, seperti lima detik per kilometer, sudah cukup disebut progression run. Fokus latihan ini adalah melatih kontrol kecepatan dan efisiensi tenaga agar tidak kehabisan napas di awal lomba. Hasilnya, kamu bisa menutup setiap sesi lari dengan performa yang kuat dan stabil.

Melihat begitu banyak variasi lari, jelas bahwa olahraga ini bukan hanya soal siapa yang paling cepat atau paling jauh. Setiap jenis lari memiliki manfaat spesifik yang saling melengkapi—ada yang menambah kekuatan otot, meningkatkan stamina, mempercepat pemulihan, atau memperbaiki teknik berlari.

Kuncinya adalah konsistensi dan variasi. Dengan mengombinasikan beberapa jenis lari dalam rutinitas mingguan, kamu bisa meningkatkan performa secara menyeluruh tanpa mudah bosan. Jadi, pilihlah jenis lari yang paling sesuai dengan tujuanmu, atur jadwal latihan dengan bijak, dan nikmati setiap langkah menuju tubuh yang lebih sehat dan kuat. Selamat berlari!

Terkini